Selasa, 15 Oktober 2013

kesehatan matra penyelaman



KESEHATAN MATRA PENYELAMAN DAN HIPERBARIK
A.    PENGENALAN PENYELAMAN
Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan air,dengaan atau tanpa meenggunakan peralatan,untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Lingkungan penyelaman memiliki berbagai potensial bahaya baik fisik maupun biologi. Secara anatomi  tubuh manusia terdiri dari 3 unsur yaitu padat, cair dan berongga. Jaringan tubuh yang padat seperti tulang, otot, jantung, hati relatif tidak meneruskan tekanan,  sedangkan yang berupa cairan dapat meneruskan tekanan, dan yang berongga  seperti telinga, sinus, lambung, usus, paru juga saluran nafas sangat dipengaruhi perubahan tekanan. (Ricard larn dan Whisler Rex,1993)
Kondisi di lingkungan penyelaman akan mempengaruhi perubahan fisiologi pada tubuh manusia sesuai dengan hukum fisika yang berlaku, yang berisiko menimbulkan penyakit yang berakhir pada kecacatan hingga kematian apabila penyelaman dilakukan tidak sesuai dengan prosedur yang benar.
Untuk ketepatan dalam mendiagnosis penyakit akibat penyelaman, perawat perlu mengetahui prosedur penyelaman yang benar disamping pengetahuan tentang riwayat penyelaman, bahaya dalam penyelaman dan gejala/ tanda klinisnya, karena cepat dan tepatnya diagnosis menentukan nasib dari penderita tersebut.
Sebagaimana hukum fisika, aktifitas penyelaman akan menyebabkan (Edmons Carl, Lowry Christopher, Pennefather B, Walker Robyn, M.B., B.S, Dip ) :
·         Tekanan lingkungan akan meningkat
·         Kerapatan gas media nafas meningkat
·         Tekanan parsial media gas meningkat
·         Kelarutan gas akan meningkat.
Berlakunya hukum fisika penyelaman mempengaruhi perubahan fisiologis tubuh peselam, sehingga perawat perlu mengetahui fungsi dan proses vital yang terjadi pada tubuh peselam dalam lingkungan bawah air untuk menghindari akibat yang tidak dikehendaki dari pengaruh lingkungan tersebut. Meningkatnya tekanan bawah air 1 atmosfer mengakibatkan terjadinya perubahan fisiologis tubuh peselam.
Peran Perawat dalam Kesehatan Penyelaman
·         Penyuluhan kesehatan penyelam
·         Pengawasan dan atau pemeriksaan kesehatan penyelam sebelum yang bersangkutan menyelam
·         Pelayanan gawat darurat penyelam beserta rujukan medic.
·         Pengawasan atau pemeriksaan berkala terhadap instruktur (dive master).
B. PENGERTIAN HIPERBARIK
Hiperbarik adalah sebuah terapi oksigen yang dilakukan dalam sebuah chamber atau ruangan bertekanan udara tinggi yaitu lebih dari 1 atmosfer. Pasien berada di dalam chamber selama beberapa jam untuk menghirup oksigen murni. Pasien diberikan 3x30 menit untuk menghirup oksigen.
Awalnya terapi hiperbarik ini hanya dilakukan oleh penyelam dan digunakan oleh angkatan laut. Saat ini terapi hiperbarik sudah dilakukan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit lain, seperti luka bakar, kanker, diabetes, tetanus, stroke, dan lain-lain. Terapi hiperbarik juga digunakan untuk kebugaran, kecantikan dan keperkasaan.
1. Kesehatan hiperbarik adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah kesehatan yang timbul akibat pemberian tekanan lebih dari 1 atmosfer terhadap tubuh dan aplikasinya.
2. Terapi oksigen hiperbarik adalah pemberian oksigen tekanan tinggi untuk pengobatan yang dilaksanakan dalam RUBT.
3. Tekanan 1 atmosfer adalah tekanan udara yang dialami oleh semua benda, termasuk manusia di atas permukaan laut bersifat tetap dari semua jurusan dan berada dalam keseimbangan.
Ø    Perubahan fisiologis organ pada peselam antara lain:
·         Paru-paru akan terjadi hipoventilasi dan penurunan respons terhadap peningkatan CO2
·         Jantung akan terjadi bradikardi dan aritmia, turunnya cardiac output, tekanan arteri menurun, sistemik vaskular resistance, menurunnya kapasitas kerja jantung.
·         Otak: terjadi penurunan intelektual, psikomotor dan psiko sensorial secara bertahap. Perubahan elektro fisiologik dan perubahan neuro transmission.
·         Mata : akibat dari pancaran sinar akan terjadi indeks refraksi 1,3 kali dari pada di udara sehingga benda terlihat 25% lebih besar dan lebih dekat  (Hiperopia ± 40 dioptri).
·         Telinga : nilai ambang pendengaran naik 40 sd 75 db. Konduksi tulang merupakan hantaran utama  pada pendengaran.

Ø    Potensial Bahaya Biologi
Lingkungan bawah laut memiliki potensial hazard biologi antara lain binatang laut yang berbahaya karena sengatan atau gigitannya. Untuk mengantisipasi keparahan penyakit akibat sengatan atau gigitan maka dokter perlu mengetahui penatalaksanaan penyakitnya.
C.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERBERAT RISIKO PENYELAMAN
1.  Faktor Peselam (SDM)
·         Kondisi Fisik
·         Kondisi Mental
2.  Faktor Peralatan
·         Tanpa peralatan selam (penyelaman tahan nafas): Googling dan snorkling
·         Peralatan selam minimal: Masker, snorkel, sirip apung, rompi apung sabuk pemberat
·         Peralatan selam lengkap: Masker, snorkel, sirip apung, rompi apung sabuk pemberat, pakaian selam, pengukur kedalaman, jam selam, pisau selam, tas kemas
3.  Faktor Lingkungan
·         Tekanan tinggi
·         Binatang laut berbahaya
·         Suhu rendah
D. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PENYELAMAN
1.Tindakan Medis Umum
a. Resusitasi

         Adalah semua tindakan untuk mengembalikan fungsi vital tubuh guna menyelamatkan jiwa korban. Ada  dua macam resusitasi :
1) Resusitasi paru (pulmonary resuscitation) atau memberikan pernapasan buatan untuk mengembalikan fungsi pernapasan.
2) Resusitasi jantung dan paru-paru (pulmoner resuscitation = CPR).
         Korban kecelakaan penyelaman sering ditemukan dalam keadaan tidak sadar, disertai dengan berhentinya pernapasan dan denyut jantung, untuk itu diperlukan pernapasan buatan bersama-sama pemijatan jantung. Untuk memudahkan resusitasi paru sering digunakan alat resusitasi (misal AMBU Type Resuscitation) yang dapat digerakkan secara mekanis (dengan pompa karet) atau dihubungkan dengan tangki oksigen.
1)Resusitasi Paru
a) Teknik pemberian nafas buatan mulut ke mulut didarat
         Cara pemberian pernafasan buatan adalah sebagai berikut :
 Miringkan kepala korban, ambil (bersihkan) benda-benda asing dari mulut/hidung.
• Tengadahkan kepala untuk membuka saluran nafas dengan :
Tangan kiri mengangkat leher.Tangan kanan mendorong kening ke arah bahu.
• Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan, pijatlah hidung korban, sambil mempertahankan posisi kepala (tetap tengadah).
 Buka mulut Anda, hisaplah nafas sedalam-dalamnya, tempelkan mulut Anda ke mulut korban (mouth to mouth), tiupkan udara ke paru-paru korban.
 Setelah selesai meniup, lihat dada korban adakah gerakan dada naik turun terdengarkah suara korban menghembuskan nafas.
 Jika tak ada gerakan naik, mungkin kesalahan teknis, misal :
Hidung lupa/tidak ditutup. Masih ada benda asing, keluarkan.
 Ulangi dengan teknik yang benar.
 Jika udara tetap belum bisa masuk ke paru, miringkan tubuh penderita, tepuk kuat-kuat di antara kedua tulang belikat agar sumbatan jalan nafas dapat terbuka.
b)Teknik pernafasan buatan dipermukaan air
         Pada prinsipnya cara pemberian nafas buatan di permukaan air adalah sama dengan di darat, untuk memudahkan kembangkanlah pelampung korban dan pelampung Anda. Bila jarak dengan daratan/kapal cukup dekat, pernafasan buatan dapat diberikan sambil berenang ke darat/kapal. Jika jaraknya cukup jauh tetaplah di tempat anda, berikan nafas buatan sambil menunggu pertolongan.
 Teknik memberikan nafas buatan mulut ke mulut di air (di tempat).
1. Tiup pelampung korban dan pelampung penolong.
2. Buka masker korban dan penolong masukkan ke lengan penolong.
3. Buka sabuk pemberat dan lain-lain yang dianggap tidak perlu.
4. Segera lakukan nafas buatan, jika ada reaksi (korban masih hidup) kirimkan isyarat minta tolong dengan gerakan tangan, meniup peluit, menyalakan lampu pelampung dan lain-lain.
5. Pertimbangkan kemampuan penolong bila merasa tidak mampu menunggu pertolongan atau berenang membawa korban ke kapal/ke pantai sambil memberikan nafas buatan lepas dan buang scuba korban dan atau scuba penolong.
6. Terus lakukan pernafasan buatan sambil menunggu pertolongan, atau sambil berenang ke pantai.
• Teknik memberikan nafas buatan mulut ke mulut sambil berenang ke kapal atau ke pantai.
• Setelah pelampung dikembangkan dan peralatan yang harus dilepas, masukkan lengan kanan penolong ke ketiak kiri korban, pegang pelampung korban dibagian belakang leher sambil menahan kepala agar mulut dan hidung korban selalu di atas permukaan air (punggung telapak tangan terletak di antara tengkuk dan pelampung korban).
  Tangan kiri memijit hidung korban berikan nafas buatan secara cepat dua kali, lepas tangan kiri.
  Kemudian berenang dengan kayuhan kaki (flutter kick) sambil membawa korban ke kapal/pantai terdekat sambil menghitung dalam hati 1000, 2000, 3000, 4000 kemudian berhenti sejenak sambil memberikan nafas buatan lagi dan seterusnya.
2) Pemijatan Jantung Bersama Pernafasan paru – paru (resusitasi jantung dan paru–paru)
         Resusitasi jantung dan paru – paru terdiri dari 3 tahap yaitu :
a) Membuka jalan nafas (Air Way Open = A)
Tindakan :
• Bersihkan mulut dan hidung korban untuk mengeluarkan benda asing dari saluran nafas korban.
• Tengadahkan kepala korban agar saluran nafas terbuka (lurus).
b) Lakukan pernafasan buatan (Breathing Restored = B)
Pernafasan buatan dilakukan 12 kali per menit untuk orang dewasa, 20-30 kali untuk anak–anak.
c) Pemijatan jantung (Circulation Restored) pemijatan paru dan nafas buatan tergantung jumlah penolong, dimana pada :
• Seorang penolong : dilakukan 15 kali penekanan/pemijatan jantung
diseling 2 kali pernafasan buatan.
• Dua orang penolong : dilakukan 5 kali pemijatan jantung diselingi sekali
pernafasan buatan.
b.Gangguan peredaran darah ( Shock)
         Merupakan reaksi tubuh ditandai oleh melambatnya atau terhentinya peredaran darah, yang mengakibatkan penurunan persediaan darah pada organ – organ vital / penting.
1)Tanda-tanda shock :
a) Muka pucat.
b) Kulit basah dan dingin (kening, telapak, tangan).
c) Denyut nadi lemah dan cepat, lebih dari 100 kali per menit.
d) Korban gelisah, merasa haus dan mual.
e) Tekanan darah sangat rendah.
2) Jika berat didapatkan :
a) Sangat pucat.
b) Mata terlihat cekung, tampak hampa dan tidak bercahaya.
c) Pernafasan cepat dan dangkal, kadang-kadang tidak teratur.
d) Nadi susah teraba dan apabila teraba sangat cepat 150 kali per menit.
e) Kesadaran penderita menurun.
3)Pada syok berat, kematian dapat mengancam dalam beberapa menit.
a)  Tindakan :
• Bawa korban ke tempat teduh dan aman.
• Tidurkan penderita terlentang dengan kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya. Jika ada patah tulang kepala dan atau pendarahan di kepala.
• Kendorkan pakaian penderita. Bila perlu pakaian korban dilepaskan dan ditutup dengan selimut.
• Tenangkan korban dan usahakan agar badannya tetap hangat.
• Korban jangan diberi minum apabila tidak sadar.
• Bila ada luka dengan perdarahan pasang pembalut cepat dan bila ada patah tulang pasang bidai.
4)Menghentikan perdarahan
         Korban kecelakaan yang tidak sadar disertai berhentinya pernafasan dan denyut jantung, bila disertai perdarahan massive (berlebihan) sering menimbulkan persoalan serius atau berakhir dengan kematian. Pada kasus demikian resusitasi harus dilakukan bersama-sama tindakan untuk menghentikan perdarahan. Perdarahan dapat berasal dari pecahnya pembuluh darah arteri ataupun permbuluh vena (balik).
         Dimana pecah atau terputusnya pembuluh darah arteri akan mengakibatkan perdarahan yang lebih hebat dari pada putusnya pembuluh darah vena.
Cara menghentikan perdarahan :
a) Lakukan tourniquet (penekanan, mengikat) pembuluh darah yang terletak di sebelah atas (proksimal) dari luka sehingga perdarahan berhenti atau berkurang.
b) Bersihkan dan cuci luka dengan perhidrol atau cairan garam fisiologi.
c) Tempat luka ditutup kain korban/kasa tebal, lalu di balut.
d) Torniquet sering dikendorkan agar ada aliran darah ke bagian bawah (distal) luka.
Hal ini penting untuk mencegah nekrose (kematian) jaringan disebelah distal luka.
Ø   Prosedur Pasien Datang
a. Pasien datang atas permintaan sendiri atau rujukan.
b. Pasien diperiksa oleh dokter.
c. Pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan THT, dan rontgen thorax.
d. Timbang berat badan.
e. Anjurkan pasien makan terlebih dahulu.
f. Anjurkan pasien buang air kecil.
g. Anjurkan membawa permen atau air minum.
h. Pakai pakaian yang longgar dan menyerap keringat.
i. Dilarang membawa kalkulator, Hp, korek api, alat elektronik yang bergerak, jam tangan kecuali jam selam.
j.Lanjutkan untuk terapi hiperbarik, disesuaikan dengan keadaan pasien.

E. PROSEDUR PENYELAMAN
Penyelaman adalah kegiatan yang dilakukan pada keadaan lebih dari 1 atmosfir, baik di dalam air (penyelaman basah), maupun di dalam RUBT (ruang udara bertekanan tinggi / penyelaman kering). Setiap penambahan kedalaman 10 m tekanan naik 1 atmosfir. Dengan penambahan 1 atmosfir akan berlaku hukum fisika sehingga gas yang dihisap oleh peselam semakin bertambah dan mempengaruhi kondisi fisik peselam. Untuk meminimalkan dampak penyakit pada penyelaman, dokter harus mengetahui prosedur penyelaman yang benar, yaitu sebagai berikut:
1.      Kondisi fisik harus prima
2.      Naik ke permukaan harus perlahan mengikuti gelembung gas pernafasan
3.      Jangan menahan nafas waktu naik kepermukaan  
4.      Jangan panic
5.      Rencanakan kegiatan penyelaman dengan baik. Rencanakan lokasi penyelaman, lakukan review prakiraan cuaca, rencanakan kedalaman dan lama menyelam.
6.      Makan-makanan berprotein tinggi 24 jam dan karbohidrat sedang sebelum menyelam, makanan karbohidrat tinggi dan protein sedang 2 jam sebelum menyelam.
7.      Lakukan nitrogen wash out dengan TOHB (Terapi Oksigen Hiperbarik) setidaknya 2-7 hari sebelum penyelaman berikutnya
8.      Lakukan pemanasan dan peregangan dipermukaan selama 10 menit
Selalu ditemani oleh minimal satu orang. Pada penyelam profesional pun beresiko terjadi vertigo saat penyelaman (sd 36%). Vertigo yang terjadi bawah laut adalah hal yang sangat membahayakan.      
F.     PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PENYELAMAN
Lingkungan penyelaman memiliki banyak faktor risiko yang berpengaruh pada kondisi fisik peselam sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan kecacatan sampai dengan kematian.
Penyakit dan kecelakaan akibat kerja penyelaman :
1.    Penyakit Dekompresi
Pengertian
Penyakit penyelaman akibat naik ke permukaan dengan cepat sesuai dengan hukum Henry. Hukum Henry menyatakan bahwa banyaknya gas yang larut dalam cairan adalah sebanding dengan tekanan gas tersebut di atas air. Semakin dalam kita menyelam, kelarutan gas dalam cairan tubuh semakin tinggi, sehingga bila peselam naik ke permukaan terlalu cepat, gas yang larut dalam cairan tubuh akan mengembang dengan cepat membentuk gelembung gas nitrogen yang akan menyebabkan penyumbatan (pembuluh darah, otot, otak, tulang, dll).
Faktor risiko :
·         Usia di atas 40 tahun
·         Jenis kelamin
·         Menggigil selama/ sesudah menyelam
·         Obesitas
·         Dehidrasi
·         Latihan berat selama / sesudah menyelam
·         Kebugaran : tidak fit, lelah, kurang tidur
·         Pekerja setelah mengkonsumsi alkohol mempercepat
·         terjadinya gelembung nitrogen.
·         Udara yang dihirup banyak yang mengandung CO2
·         Riwayat penyakit Dekompresi
·         Peselam naik pesawat kurang dari 24 jam setelah menyelam
·         Trauma/injury
·         Menyelam tidak mengikuti prosedur
·         Penyelaman berulang
Tanda dan gejala umum :
Penyakit dekompressi dibagi menjadi 2 (dua) tipe menurut gejala klinisnya, yaitu:
a)  Tipe 1 (Pain Only Bends)
Gejala Utama: Nyeri di daerah persendian dan otot-otot sekitarnya.
Gejala lainnya: Kelelahan berlebihan setelah menyelam, mengantuk / pusing ringan, gatal-gatal pada kulit (skin bends)
b)  Tipe 2
Penyakit dekompresi serius yang menyerang sistem saraf pusat
Gejala neurologis : Penglihatan kabur sampai menurun, Hemiplegia/hemiparese, Apasia motorik/ sensorik, penurunan sampai kehilangan kesadaran, terjadi gangguan keseimbangan, gangguan bicara, tremor, vertigo dan tinitus.
Pengobatan :
Pertolongan pertama dilakukan dengan 3 (tiga) tindakan:
·         Oksigenisasi
Jika pasien dalam kondisi tidak sadar berikan oksigen
·         Rekompresi
Jika pasien masih sadar lakukan penyelaman kembali ke kedalaman semula didampingi oleh penolongnya atau dirujuk pada fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang memiliki chamber (golden period < 6 jam). Jika melebihi 6 jam kemungkinan timbul kecacatan lebih besar.
2.    Penyakit Barotrauma
Pengertian :
            Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sequelenya akibat ketidak seimbangan antara tekanan udara rongga fisiologis dalam tubuh dengan tekanan udara di lingkungan sekitarnya. Hukum fisika yang berlaku adalah Hukum Boyle: ”Bila temperatur dipertahankan konstan, volume gas berbanding terbalik dengan tekanan.
Faktor risiko
      Pemakaian alat yang tidak sesuai.
      Menyelam yang tidak sesuai dengan prosedur penyelaman
Baik pada saat menyelam (barotrauma turun) maupun pada saat naik ke permukaan air dengan cepat (blow up/ barotrauma naik)
      Penyakit yang bisa menimbulkan obstruksi pada saluran napas (sinusitis, influenza, asma, dll)
      Panik
Tanda dan gejala umum :
Ø    Barotrauma telinga
Nyeri yang bervariasi intensitasnya pada telinga yang terkena barotrauma, perdarahan dari telinga, kadang-kadang dijumpai perdarahan di sekitar hidung dan mulut, gangguan pendengaran, tinnitus.
Terapi :
       Dilarang menyelam
       Dekongestan
       Anti Biotik
      Barotrauma sinus
      Barotrauma gigi
 Nyeri pada gigi yang ditambal dengan tidak sempurna sehingga masih ada rongga pada tambalan tersebut.
Ø    Barotrauma wajah
Nyeri pada wajah, pembengkakan pada jaringan facial khususnya di bawah mata, haemorhagi conjungtiva dan prostusi mata.
Terapi:
Kompres es pada bagian yang udema atau yang mengalami perdarahan
3.    Penyakit Osteonekrosis Disbarik
Pengertian :
Penyakit dekompresi tipe lambat yang mengenai tulang panjang (ekstremitas).
  Faktor risiko :
      Usia dan jenis kelamin
      Temperatur
      Obesitas
      Dehidrasi
      Kebugaran : tidak fit, lelah, kurang tidur
      Pekerja setelah mengkonsumsi alkohol mempercepat terjadinya gelembung nitrogen.
      Pekerja peselam naik pesawat kurang dari 24 jam setelah menyelam.
      Trauma/injury
      Menyelam tidak mengikuti prosedur    
Tanda dan gejala umum :
Nekrosis pada tulang, ada dua tempat lesi utama yaitu;
a)    Lesi dekat permukaan sendi
Gejala: nyeri dan kekakuan sendi hingga limitasi gerakan sendi
b)    Lesi di daerah kaput
Gejala: terjadi perubahan jaringan tulang baru dan terjadi fraktur patologis
Penatalaksanaan :
Ø   Konservatif: tirah baring, mengurangi beban semaksimal mungkin
Ø    Operatif            
4.    Penyakit Akibat Keracunan Oksigen
Pengertian :
Tekanan partial oksigen yang normal di udara adalah 0,2 ATA atau sekitar 160 mmHg. Sifat oksigen adalah merupakan gasyang tidak berbau, berasa dan membantu proses pembakaran. Keracunan oksigen disebabkan karena kenaikan tekanan partial oksigen dalam darah.
Faktor Risiko:
·         Tergantung pada lama menghisap oksigen dan banyaknya oksigen yang dihisap
·         Obat-obatan yang dikonsumsi
·         Demam
Tanda dan gejala umum :
o   Iritasi ringan pada trachea
o   Batuk
o    Hiperemi membran mukosa hidung
o   Demam
Penatalaksanaan :
Pada terapi HBO: Buka masker oksigen
Pada penyelam close circuit: naik kepermukaan perlahan
Kemampuan pengikatan hemoglobin (hb) terhadap CO 200 kali lebih besar daripada oksigen sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat lambat dan mengakibatkan hb tidak dapat mengangkut oksigen.



5.     Penyakit Akibat Keracunan Karbonmonoksida (CO)
Pengertian :
Kemampuan pengikatan hemoglobin (hb) terhadap CO 200 kali lebih besar daripada oksigen sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat lambat dan mengakibatkan hb tidak dapat mengangkut oksigen.
Tanda dan gejala umum :
Sakit kepala, sesak nafas, mual, delirium sampai dengan kehilangan kesadaran dan mati.
Penatalaksanaan :        
§  Hiperbarik oksigen, anti konvulsi (bila kejang)
§  kortikosteroid
Pencegahan
Penggunaan alat kompresor yang aman.
6.    Penyakit Akibat Keracunan Karbondioksida ( CO2 )
 Pengertian :
CO2 merupakan sisa metabolism normal yang diproduksi oleh tubuh, jumlahnya hampir sama dengan oksigen yang dikonsumsi. Kelarutan CO2 20 kali lebih besar dibanding O2 dalam darah.
Tanda dan gejala umum :
Sakit kepala, sesak nafas, mual, delirium sampai dengan kehilangan kesadaran dan mati.
Penatalaksanaan :
§  Hiperbarik oksigen, anti konvulsi (bila kejang)
§  Kortikosteroid
7.    Penyakit Akibat Keracunan Nitrogen
  Pengertian :
Narkosis disebabkan oleh kenaikan tekanan parsial dari gas yang inaktif dalam metabolisme yakni nitrogen. Narkosis terjadi beberapa menit setelah mencapai kedalaman tertentu. Dikatakan lebih cepat terjadi dengan kompressi yang cepat.  Berlaku hukum Henry.
Gejala umum :           
Gangguan ringan pelaksanaan tugas, euforia, mengantuk, halusinasi, konsentrasi menurun hingga hilang ingatan
8.    Penyakit Akibat Gigitan Binatang Laut
      Pengertian :
  Binatang laut yang berbahaya karena gigitannya: hiu, bara kuda, eel, groper.
Tanda dan gejala umum :
o   Secara lokal perdarahan hebat
o   Secara umum pre shock sampai shock 
9.    Penyakit Akibat Sengatan Binatang Laut
 Pengertian :
Binatang yang berbahaya karena racunnya: ikan pari, ular laut, kalajengking, ikan sembilang, ubur-ubur, kerang lonjong, bulu babi.
Faktor Risiko :Pakaian  selam tidak standar.
  Tanda dan gejala umum : Nyeri sampai paralisis, preshock sampai shock
10.  Hipotherma
      Pengertian :
Kehilangan panas tubuh lebih besar dari panas yang dihasilkan.
Faktor Risiko :Peralatan selam tidak standar.
Tanda dan gejala umum :
Gejala Lokal:         
   Diawali ujung-ujung jari tangan dan kaki dingin.
   Kemantapan kekuatan lengan menggenggam menurun
   Timbul rasa sakit dan baal mulai dari tangan dan kaki   
Gejala Sistemik:
  Vaso konstriksi pembuluh darah
   Tekanan darah meningkat
   Curah jantung meningkat
   Berlanjut metabolic rate menurun, kardiak output menurun akhirnya kesadaran menurun.


DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Angkatan Laut. 2000 . Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Jakarta.
Susan dan Supondha Erick .2012. Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan Hiperbarik dan Penyakit Lain Akibat Penyelaman.(online),(http://hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/2012/09/tatalaksana-penyakit-akibat-kerja.html, diakses pada tanggal 26 september 2013)
Arnold dan dkk .2002. A member of the holder headline group. Great Britain : Diving Subaquatic Medicine.
Larn Richard dan Whistler Rex .1993. Commercial Diving Manual. USA : Best Publishing Company.
Yapor Y dan Wesley .2002. On-Site of Scuba Diving and Boating Emergencies. USA : Diversification series.
Fiskes.2013.Hiperbarik.(online),(http://hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/2013/08/hiperbarik-oksigen-terapi.html,diakses pada tanggal 26 september 2013)