KESEHATAN MATRA PENYELAMAN DAN
HIPERBARIK
A.
PENGENALAN PENYELAMAN
Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan
air,dengaan atau tanpa meenggunakan peralatan,untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Lingkungan penyelaman memiliki
berbagai potensial bahaya baik fisik maupun biologi. Secara
anatomi tubuh manusia terdiri dari 3
unsur yaitu padat, cair dan berongga. Jaringan tubuh yang padat seperti tulang,
otot, jantung, hati relatif tidak meneruskan tekanan, sedangkan yang berupa cairan dapat meneruskan
tekanan, dan yang berongga seperti
telinga, sinus, lambung, usus, paru juga saluran nafas sangat dipengaruhi
perubahan tekanan. (Ricard larn dan Whisler Rex,1993)
Kondisi di lingkungan penyelaman akan mempengaruhi
perubahan fisiologi pada tubuh manusia sesuai dengan hukum fisika
yang berlaku, yang
berisiko menimbulkan penyakit yang berakhir pada kecacatan hingga kematian
apabila penyelaman dilakukan tidak sesuai dengan prosedur yang benar.
Untuk ketepatan dalam mendiagnosis penyakit akibat
penyelaman, perawat perlu mengetahui prosedur penyelaman yang benar disamping
pengetahuan tentang riwayat penyelaman, bahaya dalam penyelaman dan gejala/
tanda klinisnya, karena cepat dan tepatnya diagnosis menentukan nasib dari
penderita tersebut.
Sebagaimana hukum fisika, aktifitas penyelaman akan
menyebabkan (Edmons Carl, Lowry Christopher, Pennefather B, Walker Robyn, M.B.,
B.S, Dip ) :
·
Tekanan
lingkungan akan meningkat
·
Kerapatan
gas media nafas meningkat
·
Tekanan
parsial media gas meningkat
·
Kelarutan
gas akan meningkat.
Berlakunya hukum fisika penyelaman
mempengaruhi perubahan fisiologis tubuh peselam, sehingga perawat perlu
mengetahui fungsi dan proses vital yang terjadi pada tubuh peselam dalam
lingkungan bawah air untuk menghindari akibat yang tidak dikehendaki dari pengaruh
lingkungan tersebut. Meningkatnya tekanan bawah air 1 atmosfer mengakibatkan
terjadinya perubahan fisiologis tubuh peselam.
Peran Perawat dalam Kesehatan
Penyelaman
·
Penyuluhan
kesehatan penyelam
·
Pengawasan
dan atau pemeriksaan kesehatan penyelam sebelum yang bersangkutan menyelam
·
Pelayanan
gawat darurat penyelam beserta rujukan medic.
·
Pengawasan
atau pemeriksaan berkala terhadap instruktur (dive master).
B. PENGERTIAN HIPERBARIK
Hiperbarik adalah sebuah terapi
oksigen yang dilakukan dalam sebuah chamber atau ruangan bertekanan udara
tinggi yaitu lebih dari 1 atmosfer. Pasien berada di dalam chamber selama
beberapa jam untuk menghirup oksigen murni. Pasien diberikan 3x30 menit untuk
menghirup oksigen.
Awalnya terapi hiperbarik ini hanya dilakukan oleh penyelam
dan digunakan oleh angkatan laut. Saat ini terapi hiperbarik sudah dilakukan
untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit lain, seperti luka bakar, kanker,
diabetes, tetanus, stroke, dan lain-lain. Terapi hiperbarik juga digunakan
untuk kebugaran, kecantikan dan keperkasaan.
1. Kesehatan hiperbarik adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah kesehatan yang timbul akibat pemberian tekanan lebih dari 1 atmosfer terhadap tubuh dan aplikasinya.
2. Terapi oksigen hiperbarik adalah pemberian oksigen tekanan tinggi untuk pengobatan yang dilaksanakan dalam RUBT.
3. Tekanan 1 atmosfer adalah tekanan udara yang dialami oleh semua benda, termasuk manusia di atas permukaan laut bersifat tetap dari semua jurusan dan berada dalam keseimbangan.
1. Kesehatan hiperbarik adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah kesehatan yang timbul akibat pemberian tekanan lebih dari 1 atmosfer terhadap tubuh dan aplikasinya.
2. Terapi oksigen hiperbarik adalah pemberian oksigen tekanan tinggi untuk pengobatan yang dilaksanakan dalam RUBT.
3. Tekanan 1 atmosfer adalah tekanan udara yang dialami oleh semua benda, termasuk manusia di atas permukaan laut bersifat tetap dari semua jurusan dan berada dalam keseimbangan.
Ø Perubahan
fisiologis organ pada peselam antara lain:
·
Paru-paru
akan terjadi hipoventilasi dan penurunan respons terhadap peningkatan CO2
·
Jantung
akan terjadi bradikardi dan aritmia, turunnya cardiac output, tekanan arteri
menurun, sistemik vaskular resistance, menurunnya kapasitas kerja jantung.
·
Otak: terjadi penurunan intelektual,
psikomotor dan psiko sensorial secara bertahap. Perubahan elektro fisiologik dan perubahan neuro
transmission.
·
Mata
: akibat dari pancaran sinar akan terjadi indeks refraksi 1,3 kali dari pada di
udara sehingga benda terlihat 25% lebih besar dan lebih dekat (Hiperopia ± 40 dioptri).
·
Telinga : nilai ambang pendengaran naik
40 sd 75 db. Konduksi tulang merupakan hantaran utama pada pendengaran.
Ø Potensial
Bahaya Biologi
Lingkungan bawah laut memiliki
potensial hazard biologi antara lain binatang laut yang berbahaya karena
sengatan atau gigitannya. Untuk mengantisipasi keparahan penyakit akibat
sengatan atau gigitan maka dokter perlu mengetahui penatalaksanaan penyakitnya.
C.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERBERAT RISIKO PENYELAMAN
1.
Faktor Peselam (SDM)
·
Kondisi
Fisik
·
Kondisi
Mental
2. Faktor Peralatan
·
Tanpa
peralatan selam (penyelaman tahan nafas): Googling dan snorkling
·
Peralatan
selam minimal: Masker, snorkel, sirip apung, rompi apung sabuk pemberat
·
Peralatan
selam lengkap: Masker, snorkel, sirip apung, rompi apung sabuk pemberat,
pakaian selam, pengukur kedalaman, jam selam, pisau selam, tas kemas
3. Faktor Lingkungan
·
Tekanan
tinggi
·
Binatang
laut berbahaya
·
Suhu
rendah
D.
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PENYELAMAN
1.Tindakan
Medis Umum
a. Resusitasi
Adalah semua tindakan untuk mengembalikan fungsi vital tubuh guna menyelamatkan jiwa korban. Ada dua macam resusitasi :
1) Resusitasi paru (pulmonary resuscitation) atau memberikan pernapasan buatan untuk mengembalikan fungsi pernapasan.
2) Resusitasi jantung dan paru-paru (pulmoner resuscitation = CPR).
a. Resusitasi
Adalah semua tindakan untuk mengembalikan fungsi vital tubuh guna menyelamatkan jiwa korban. Ada dua macam resusitasi :
1) Resusitasi paru (pulmonary resuscitation) atau memberikan pernapasan buatan untuk mengembalikan fungsi pernapasan.
2) Resusitasi jantung dan paru-paru (pulmoner resuscitation = CPR).
Korban
kecelakaan penyelaman sering ditemukan dalam keadaan tidak sadar, disertai
dengan berhentinya pernapasan dan denyut jantung, untuk itu diperlukan
pernapasan buatan bersama-sama pemijatan jantung. Untuk memudahkan resusitasi
paru sering digunakan alat resusitasi (misal AMBU Type Resuscitation) yang
dapat digerakkan secara mekanis (dengan pompa karet) atau dihubungkan dengan
tangki oksigen.
1)Resusitasi Paru
a) Teknik pemberian nafas buatan mulut ke mulut didarat
Cara pemberian pernafasan buatan adalah sebagai berikut :
• Miringkan kepala korban, ambil (bersihkan) benda-benda asing dari mulut/hidung.
• Tengadahkan kepala untuk membuka saluran nafas dengan :
Tangan kiri mengangkat leher.Tangan kanan mendorong kening ke arah bahu.
• Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan, pijatlah hidung korban, sambil mempertahankan posisi kepala (tetap tengadah).
• Buka mulut Anda, hisaplah nafas sedalam-dalamnya, tempelkan mulut Anda ke mulut korban (mouth to mouth), tiupkan udara ke paru-paru korban.
• Setelah selesai meniup, lihat dada korban adakah gerakan dada naik turun terdengarkah suara korban menghembuskan nafas.
• Jika tak ada gerakan naik, mungkin kesalahan teknis, misal :
Hidung lupa/tidak ditutup. Masih ada benda asing, keluarkan.
• Ulangi dengan teknik yang benar.
• Jika udara tetap belum bisa masuk ke paru, miringkan tubuh penderita, tepuk kuat-kuat di antara kedua tulang belikat agar sumbatan jalan nafas dapat terbuka.
b)Teknik pernafasan buatan dipermukaan air
1)Resusitasi Paru
a) Teknik pemberian nafas buatan mulut ke mulut didarat
Cara pemberian pernafasan buatan adalah sebagai berikut :
• Miringkan kepala korban, ambil (bersihkan) benda-benda asing dari mulut/hidung.
• Tengadahkan kepala untuk membuka saluran nafas dengan :
Tangan kiri mengangkat leher.Tangan kanan mendorong kening ke arah bahu.
• Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan, pijatlah hidung korban, sambil mempertahankan posisi kepala (tetap tengadah).
• Buka mulut Anda, hisaplah nafas sedalam-dalamnya, tempelkan mulut Anda ke mulut korban (mouth to mouth), tiupkan udara ke paru-paru korban.
• Setelah selesai meniup, lihat dada korban adakah gerakan dada naik turun terdengarkah suara korban menghembuskan nafas.
• Jika tak ada gerakan naik, mungkin kesalahan teknis, misal :
Hidung lupa/tidak ditutup. Masih ada benda asing, keluarkan.
• Ulangi dengan teknik yang benar.
• Jika udara tetap belum bisa masuk ke paru, miringkan tubuh penderita, tepuk kuat-kuat di antara kedua tulang belikat agar sumbatan jalan nafas dapat terbuka.
b)Teknik pernafasan buatan dipermukaan air
Pada prinsipnya cara pemberian nafas
buatan di permukaan air adalah sama dengan di darat, untuk memudahkan
kembangkanlah pelampung korban dan pelampung Anda. Bila jarak dengan
daratan/kapal cukup dekat, pernafasan buatan dapat diberikan sambil berenang ke
darat/kapal. Jika jaraknya cukup jauh tetaplah di tempat anda, berikan nafas
buatan sambil menunggu pertolongan.
• Teknik memberikan nafas buatan mulut ke mulut di air (di tempat).
1. Tiup pelampung korban dan pelampung penolong.
2. Buka masker korban dan penolong masukkan ke lengan penolong.
3. Buka sabuk pemberat dan lain-lain yang dianggap tidak perlu.
4. Segera lakukan nafas buatan, jika ada reaksi (korban masih hidup) kirimkan isyarat minta tolong dengan gerakan tangan, meniup peluit, menyalakan lampu pelampung dan lain-lain.
5. Pertimbangkan kemampuan penolong bila merasa tidak mampu menunggu pertolongan atau berenang membawa korban ke kapal/ke pantai sambil memberikan nafas buatan lepas dan buang scuba korban dan atau scuba penolong.
6. Terus lakukan pernafasan buatan sambil menunggu pertolongan, atau sambil berenang ke pantai.
• Teknik memberikan nafas buatan mulut ke mulut sambil berenang ke kapal atau ke pantai.
• Setelah pelampung dikembangkan dan peralatan yang harus dilepas, masukkan lengan kanan penolong ke ketiak kiri korban, pegang pelampung korban dibagian belakang leher sambil menahan kepala agar mulut dan hidung korban selalu di atas permukaan air (punggung telapak tangan terletak di antara tengkuk dan pelampung korban).
• Tangan kiri memijit hidung korban berikan nafas buatan secara cepat dua kali, lepas tangan kiri.
• Kemudian berenang dengan kayuhan kaki (flutter kick) sambil membawa korban ke kapal/pantai terdekat sambil menghitung dalam hati 1000, 2000, 3000, 4000 kemudian berhenti sejenak sambil memberikan nafas buatan lagi dan seterusnya.
2) Pemijatan Jantung Bersama Pernafasan paru – paru (resusitasi jantung dan paru–paru)
Resusitasi jantung dan paru – paru terdiri dari 3 tahap yaitu :
a) Membuka jalan nafas (Air Way Open = A)
Tindakan :
• Bersihkan mulut dan hidung korban untuk mengeluarkan benda asing dari saluran nafas korban.
• Tengadahkan kepala korban agar saluran nafas terbuka (lurus).
b) Lakukan pernafasan buatan (Breathing Restored = B)
Pernafasan buatan dilakukan 12 kali per menit untuk orang dewasa, 20-30 kali untuk anak–anak.
c) Pemijatan jantung (Circulation Restored) pemijatan paru dan nafas buatan tergantung jumlah penolong, dimana pada :
• Seorang penolong : dilakukan 15 kali penekanan/pemijatan jantung
diseling 2 kali pernafasan buatan.
• Dua orang penolong : dilakukan 5 kali pemijatan jantung diselingi sekali
pernafasan buatan.
b.Gangguan peredaran darah ( Shock)
• Teknik memberikan nafas buatan mulut ke mulut di air (di tempat).
1. Tiup pelampung korban dan pelampung penolong.
2. Buka masker korban dan penolong masukkan ke lengan penolong.
3. Buka sabuk pemberat dan lain-lain yang dianggap tidak perlu.
4. Segera lakukan nafas buatan, jika ada reaksi (korban masih hidup) kirimkan isyarat minta tolong dengan gerakan tangan, meniup peluit, menyalakan lampu pelampung dan lain-lain.
5. Pertimbangkan kemampuan penolong bila merasa tidak mampu menunggu pertolongan atau berenang membawa korban ke kapal/ke pantai sambil memberikan nafas buatan lepas dan buang scuba korban dan atau scuba penolong.
6. Terus lakukan pernafasan buatan sambil menunggu pertolongan, atau sambil berenang ke pantai.
• Teknik memberikan nafas buatan mulut ke mulut sambil berenang ke kapal atau ke pantai.
• Setelah pelampung dikembangkan dan peralatan yang harus dilepas, masukkan lengan kanan penolong ke ketiak kiri korban, pegang pelampung korban dibagian belakang leher sambil menahan kepala agar mulut dan hidung korban selalu di atas permukaan air (punggung telapak tangan terletak di antara tengkuk dan pelampung korban).
• Tangan kiri memijit hidung korban berikan nafas buatan secara cepat dua kali, lepas tangan kiri.
• Kemudian berenang dengan kayuhan kaki (flutter kick) sambil membawa korban ke kapal/pantai terdekat sambil menghitung dalam hati 1000, 2000, 3000, 4000 kemudian berhenti sejenak sambil memberikan nafas buatan lagi dan seterusnya.
2) Pemijatan Jantung Bersama Pernafasan paru – paru (resusitasi jantung dan paru–paru)
Resusitasi jantung dan paru – paru terdiri dari 3 tahap yaitu :
a) Membuka jalan nafas (Air Way Open = A)
Tindakan :
• Bersihkan mulut dan hidung korban untuk mengeluarkan benda asing dari saluran nafas korban.
• Tengadahkan kepala korban agar saluran nafas terbuka (lurus).
b) Lakukan pernafasan buatan (Breathing Restored = B)
Pernafasan buatan dilakukan 12 kali per menit untuk orang dewasa, 20-30 kali untuk anak–anak.
c) Pemijatan jantung (Circulation Restored) pemijatan paru dan nafas buatan tergantung jumlah penolong, dimana pada :
• Seorang penolong : dilakukan 15 kali penekanan/pemijatan jantung
diseling 2 kali pernafasan buatan.
• Dua orang penolong : dilakukan 5 kali pemijatan jantung diselingi sekali
pernafasan buatan.
b.Gangguan peredaran darah ( Shock)
Merupakan reaksi tubuh ditandai oleh
melambatnya atau terhentinya peredaran darah, yang mengakibatkan penurunan
persediaan darah pada organ – organ vital / penting.
1)Tanda-tanda shock :
a) Muka pucat.
b) Kulit basah dan dingin (kening, telapak, tangan).
c) Denyut nadi lemah dan cepat, lebih dari 100 kali per menit.
d) Korban gelisah, merasa haus dan mual.
e) Tekanan darah sangat rendah.
2) Jika berat didapatkan :
a) Sangat pucat.
b) Mata terlihat cekung, tampak hampa dan tidak bercahaya.
c) Pernafasan cepat dan dangkal, kadang-kadang tidak teratur.
d) Nadi susah teraba dan apabila teraba sangat cepat 150 kali per menit.
e) Kesadaran penderita menurun.
3)Pada syok berat, kematian dapat mengancam dalam beberapa menit.
a) Tindakan :
• Bawa korban ke tempat teduh dan aman.
• Tidurkan penderita terlentang dengan kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya. Jika ada patah tulang kepala dan atau pendarahan di kepala.
• Kendorkan pakaian penderita. Bila perlu pakaian korban dilepaskan dan ditutup dengan selimut.
• Tenangkan korban dan usahakan agar badannya tetap hangat.
• Korban jangan diberi minum apabila tidak sadar.
• Bila ada luka dengan perdarahan pasang pembalut cepat dan bila ada patah tulang pasang bidai.
4)Menghentikan perdarahan
Korban kecelakaan yang tidak sadar disertai berhentinya pernafasan dan denyut jantung, bila disertai perdarahan massive (berlebihan) sering menimbulkan persoalan serius atau berakhir dengan kematian. Pada kasus demikian resusitasi harus dilakukan bersama-sama tindakan untuk menghentikan perdarahan. Perdarahan dapat berasal dari pecahnya pembuluh darah arteri ataupun permbuluh vena (balik).
1)Tanda-tanda shock :
a) Muka pucat.
b) Kulit basah dan dingin (kening, telapak, tangan).
c) Denyut nadi lemah dan cepat, lebih dari 100 kali per menit.
d) Korban gelisah, merasa haus dan mual.
e) Tekanan darah sangat rendah.
2) Jika berat didapatkan :
a) Sangat pucat.
b) Mata terlihat cekung, tampak hampa dan tidak bercahaya.
c) Pernafasan cepat dan dangkal, kadang-kadang tidak teratur.
d) Nadi susah teraba dan apabila teraba sangat cepat 150 kali per menit.
e) Kesadaran penderita menurun.
3)Pada syok berat, kematian dapat mengancam dalam beberapa menit.
a) Tindakan :
• Bawa korban ke tempat teduh dan aman.
• Tidurkan penderita terlentang dengan kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya. Jika ada patah tulang kepala dan atau pendarahan di kepala.
• Kendorkan pakaian penderita. Bila perlu pakaian korban dilepaskan dan ditutup dengan selimut.
• Tenangkan korban dan usahakan agar badannya tetap hangat.
• Korban jangan diberi minum apabila tidak sadar.
• Bila ada luka dengan perdarahan pasang pembalut cepat dan bila ada patah tulang pasang bidai.
4)Menghentikan perdarahan
Korban kecelakaan yang tidak sadar disertai berhentinya pernafasan dan denyut jantung, bila disertai perdarahan massive (berlebihan) sering menimbulkan persoalan serius atau berakhir dengan kematian. Pada kasus demikian resusitasi harus dilakukan bersama-sama tindakan untuk menghentikan perdarahan. Perdarahan dapat berasal dari pecahnya pembuluh darah arteri ataupun permbuluh vena (balik).
Dimana pecah atau terputusnya pembuluh
darah arteri akan mengakibatkan perdarahan yang lebih hebat dari pada putusnya
pembuluh darah vena.
Cara menghentikan perdarahan :
a) Lakukan tourniquet (penekanan, mengikat) pembuluh darah yang terletak di sebelah atas (proksimal) dari luka sehingga perdarahan berhenti atau berkurang.
b) Bersihkan dan cuci luka dengan perhidrol atau cairan garam fisiologi.
c) Tempat luka ditutup kain korban/kasa tebal, lalu di balut.
d) Torniquet sering dikendorkan agar ada aliran darah ke bagian bawah (distal) luka.
a) Lakukan tourniquet (penekanan, mengikat) pembuluh darah yang terletak di sebelah atas (proksimal) dari luka sehingga perdarahan berhenti atau berkurang.
b) Bersihkan dan cuci luka dengan perhidrol atau cairan garam fisiologi.
c) Tempat luka ditutup kain korban/kasa tebal, lalu di balut.
d) Torniquet sering dikendorkan agar ada aliran darah ke bagian bawah (distal) luka.
Hal ini penting untuk mencegah nekrose (kematian) jaringan
disebelah distal luka.
Ø Prosedur
Pasien Datang
a. Pasien datang atas permintaan sendiri atau rujukan.
b. Pasien diperiksa oleh dokter.
c. Pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan THT, dan rontgen thorax.
d. Timbang berat badan.
e. Anjurkan pasien makan terlebih dahulu.
f. Anjurkan pasien buang air kecil.
g. Anjurkan membawa permen atau air minum.
h. Pakai pakaian yang longgar dan menyerap keringat.
i. Dilarang membawa kalkulator, Hp, korek api, alat elektronik yang bergerak, jam tangan kecuali jam selam.
j.Lanjutkan untuk terapi hiperbarik, disesuaikan dengan keadaan pasien.
a. Pasien datang atas permintaan sendiri atau rujukan.
b. Pasien diperiksa oleh dokter.
c. Pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan THT, dan rontgen thorax.
d. Timbang berat badan.
e. Anjurkan pasien makan terlebih dahulu.
f. Anjurkan pasien buang air kecil.
g. Anjurkan membawa permen atau air minum.
h. Pakai pakaian yang longgar dan menyerap keringat.
i. Dilarang membawa kalkulator, Hp, korek api, alat elektronik yang bergerak, jam tangan kecuali jam selam.
j.Lanjutkan untuk terapi hiperbarik, disesuaikan dengan keadaan pasien.
E. PROSEDUR PENYELAMAN
Penyelaman adalah kegiatan yang
dilakukan pada keadaan lebih dari 1 atmosfir, baik di dalam air (penyelaman
basah), maupun di dalam RUBT (ruang udara bertekanan tinggi / penyelaman
kering). Setiap penambahan kedalaman 10 m tekanan naik 1 atmosfir. Dengan
penambahan 1 atmosfir akan berlaku hukum fisika sehingga gas yang dihisap oleh
peselam semakin bertambah dan mempengaruhi kondisi fisik peselam. Untuk meminimalkan
dampak penyakit pada penyelaman, dokter harus mengetahui prosedur penyelaman
yang benar, yaitu sebagai berikut:
1.
Kondisi
fisik harus prima
2.
Naik
ke permukaan harus perlahan mengikuti gelembung gas pernafasan
3.
Jangan
menahan nafas waktu naik kepermukaan
4.
Jangan
panic
5.
Rencanakan
kegiatan penyelaman dengan baik. Rencanakan lokasi penyelaman, lakukan review
prakiraan cuaca, rencanakan kedalaman dan lama menyelam.
6.
Makan-makanan
berprotein tinggi 24 jam dan karbohidrat sedang sebelum menyelam, makanan karbohidrat
tinggi dan protein sedang 2 jam sebelum menyelam.
7.
Lakukan
nitrogen wash out dengan TOHB (Terapi Oksigen Hiperbarik) setidaknya 2-7 hari
sebelum penyelaman berikutnya
8.
Lakukan
pemanasan dan peregangan dipermukaan selama 10 menit
Selalu
ditemani oleh minimal satu orang. Pada penyelam profesional pun beresiko
terjadi vertigo saat penyelaman (sd 36%). Vertigo yang terjadi bawah laut
adalah hal yang sangat membahayakan.
F.
PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA
PENYELAMAN
Lingkungan penyelaman memiliki
banyak faktor risiko yang berpengaruh pada kondisi fisik peselam sehingga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan dan kecacatan sampai dengan kematian.
Penyakit
dan kecelakaan akibat kerja penyelaman :
1. Penyakit Dekompresi
Pengertian
Penyakit penyelaman akibat naik ke
permukaan dengan cepat sesuai dengan hukum Henry. Hukum Henry menyatakan bahwa
banyaknya gas yang larut dalam cairan adalah sebanding dengan tekanan gas
tersebut di atas air. Semakin dalam kita menyelam, kelarutan gas dalam cairan
tubuh semakin tinggi, sehingga bila peselam naik ke permukaan terlalu cepat,
gas yang larut dalam cairan tubuh akan mengembang dengan cepat membentuk
gelembung gas nitrogen yang akan menyebabkan penyumbatan (pembuluh darah, otot,
otak, tulang, dll).
Faktor risiko :
·
Usia
di atas 40 tahun
·
Jenis
kelamin
·
Menggigil
selama/ sesudah menyelam
·
Obesitas
·
Dehidrasi
·
Latihan
berat selama / sesudah menyelam
·
Kebugaran : tidak fit, lelah, kurang
tidur
·
Pekerja
setelah mengkonsumsi alkohol mempercepat
·
terjadinya
gelembung nitrogen.
·
Udara
yang dihirup banyak yang mengandung CO2
·
Riwayat
penyakit Dekompresi
·
Peselam
naik pesawat kurang dari 24 jam setelah menyelam
·
Trauma/injury
·
Menyelam
tidak mengikuti prosedur
·
Penyelaman
berulang
Tanda dan gejala umum :
Penyakit dekompressi dibagi menjadi 2 (dua) tipe menurut
gejala klinisnya, yaitu:
a) Tipe 1 (Pain Only Bends)
Gejala Utama: Nyeri di daerah
persendian dan otot-otot sekitarnya.
Gejala lainnya: Kelelahan berlebihan
setelah menyelam, mengantuk / pusing ringan, gatal-gatal pada kulit (skin bends)
b) Tipe 2
Penyakit
dekompresi serius yang menyerang sistem saraf pusat
Gejala neurologis : Penglihatan
kabur sampai menurun, Hemiplegia/hemiparese, Apasia motorik/ sensorik,
penurunan sampai kehilangan kesadaran, terjadi gangguan keseimbangan, gangguan bicara,
tremor, vertigo dan tinitus.
Pengobatan :
Pertolongan
pertama dilakukan dengan 3 (tiga) tindakan:
·
Oksigenisasi
Jika pasien dalam kondisi tidak
sadar berikan oksigen
·
Rekompresi
Jika pasien masih sadar lakukan
penyelaman kembali ke kedalaman semula didampingi oleh penolongnya atau dirujuk
pada fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang memiliki chamber (golden period < 6 jam). Jika melebihi
6 jam kemungkinan timbul kecacatan lebih besar.
2. Penyakit
Barotrauma
Pengertian :
Barotrauma adalah kerusakan jaringan
dan sequelenya akibat ketidak seimbangan antara tekanan udara rongga fisiologis
dalam tubuh dengan tekanan udara di lingkungan sekitarnya. Hukum fisika yang
berlaku adalah Hukum Boyle:
”Bila temperatur dipertahankan konstan,
volume gas berbanding terbalik dengan tekanan.”
Faktor risiko
Pemakaian alat yang tidak sesuai.
Menyelam yang
tidak sesuai dengan prosedur penyelaman
Baik pada saat
menyelam (barotrauma turun) maupun pada saat naik ke permukaan air dengan cepat
(blow up/ barotrauma naik)
Penyakit yang
bisa menimbulkan obstruksi pada saluran napas (sinusitis, influenza, asma, dll)
Panik
Tanda dan gejala umum :
Ø Barotrauma telinga
Nyeri yang bervariasi intensitasnya
pada telinga yang terkena barotrauma, perdarahan dari telinga, kadang-kadang
dijumpai perdarahan di sekitar hidung dan mulut, gangguan pendengaran,
tinnitus.
Terapi :
Dilarang menyelam
Dekongestan
Anti Biotik
Barotrauma sinus
Barotrauma gigi
Nyeri pada gigi yang ditambal
dengan tidak sempurna sehingga masih ada rongga pada tambalan tersebut.
Ø
Barotrauma
wajah
Nyeri pada wajah, pembengkakan pada jaringan facial
khususnya di bawah mata, haemorhagi conjungtiva dan prostusi mata.
Terapi:
Kompres es pada bagian yang udema atau yang mengalami
perdarahan
3. Penyakit Osteonekrosis Disbarik
Pengertian :
Penyakit dekompresi tipe lambat yang mengenai tulang panjang
(ekstremitas).
Faktor risiko :
Usia dan jenis kelamin
Temperatur
Obesitas
Dehidrasi
Kebugaran :
tidak fit, lelah, kurang tidur
Pekerja setelah mengkonsumsi alkohol mempercepat terjadinya
gelembung nitrogen.
Pekerja peselam naik pesawat kurang dari 24 jam setelah
menyelam.
Trauma/injury
Menyelam tidak mengikuti prosedur
Tanda dan gejala umum :
Nekrosis pada
tulang, ada dua tempat lesi utama yaitu;
a)
Lesi dekat permukaan sendi
Gejala: nyeri dan kekakuan sendi hingga
limitasi gerakan sendi
b)
Lesi di daerah kaput
Gejala:
terjadi perubahan jaringan tulang baru dan terjadi fraktur patologis
Penatalaksanaan :
Ø Konservatif: tirah baring,
mengurangi beban semaksimal mungkin
Ø Operatif
4. Penyakit Akibat Keracunan Oksigen
Pengertian :
Tekanan partial oksigen yang normal
di udara adalah 0,2 ATA atau sekitar 160 mmHg. Sifat oksigen adalah merupakan
gasyang tidak berbau, berasa dan membantu proses pembakaran. Keracunan oksigen
disebabkan karena kenaikan tekanan partial oksigen dalam darah.
Faktor Risiko:
·
Tergantung
pada lama menghisap oksigen dan banyaknya oksigen yang dihisap
·
Obat-obatan
yang dikonsumsi
·
Demam
Tanda dan gejala umum :
o
Iritasi
ringan pada trachea
o
Batuk
o
Hiperemi membran mukosa hidung
o
Demam
Penatalaksanaan :
Pada
terapi HBO: Buka masker oksigen
Pada
penyelam close circuit: naik kepermukaan perlahan
Kemampuan pengikatan hemoglobin (hb) terhadap CO 200 kali
lebih besar daripada oksigen sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat
lambat dan mengakibatkan hb tidak dapat mengangkut oksigen.
5. Penyakit Akibat Keracunan Karbonmonoksida (CO)
Pengertian :
Kemampuan pengikatan hemoglobin (hb)
terhadap CO 200 kali lebih besar daripada oksigen sehingga mengakibatkan
eliminasi CO yang sangat lambat dan mengakibatkan hb tidak dapat mengangkut
oksigen.
Tanda dan gejala umum :
Sakit kepala, sesak nafas, mual, delirium sampai dengan
kehilangan kesadaran dan mati.
Penatalaksanaan :
§ Hiperbarik oksigen, anti konvulsi
(bila kejang)
§ kortikosteroid
Pencegahan
Penggunaan
alat kompresor yang aman.
6. Penyakit Akibat Keracunan
Karbondioksida ( CO2 )
Pengertian
:
CO2 merupakan sisa
metabolism normal yang diproduksi oleh tubuh, jumlahnya hampir sama dengan
oksigen yang dikonsumsi. Kelarutan CO2 20 kali lebih besar dibanding
O2 dalam darah.
Tanda dan gejala umum :
Sakit kepala, sesak nafas, mual, delirium sampai dengan
kehilangan kesadaran dan mati.
Penatalaksanaan :
§ Hiperbarik oksigen, anti konvulsi
(bila kejang)
§ Kortikosteroid
7. Penyakit Akibat Keracunan Nitrogen
Pengertian :
Narkosis disebabkan oleh kenaikan tekanan parsial dari gas
yang inaktif dalam metabolisme yakni nitrogen. Narkosis terjadi beberapa menit
setelah mencapai kedalaman tertentu. Dikatakan lebih cepat terjadi dengan
kompressi yang cepat. Berlaku hukum
Henry.
Gejala umum :
Gangguan ringan pelaksanaan tugas, euforia, mengantuk,
halusinasi, konsentrasi menurun hingga hilang ingatan
8. Penyakit Akibat Gigitan Binatang
Laut
Pengertian :
Binatang laut yang
berbahaya karena gigitannya: hiu, bara kuda, eel, groper.
Tanda dan gejala umum :
o
Secara
lokal perdarahan hebat
o
Secara
umum pre shock sampai shock
9. Penyakit Akibat Sengatan Binatang
Laut
Pengertian
:
Binatang yang berbahaya karena racunnya: ikan pari, ular
laut, kalajengking, ikan sembilang, ubur-ubur, kerang lonjong, bulu babi.
Faktor Risiko :Pakaian selam tidak standar.
Tanda dan gejala
umum : Nyeri sampai paralisis, preshock sampai shock
10. Hipotherma
Pengertian
:
Kehilangan
panas tubuh lebih besar dari panas yang dihasilkan.
Faktor Risiko :Peralatan selam tidak standar.
Tanda dan gejala umum :
Gejala Lokal:
Diawali
ujung-ujung jari tangan dan kaki dingin.
Kemantapan
kekuatan lengan menggenggam menurun
Timbul
rasa sakit dan baal mulai dari tangan dan kaki
Gejala
Sistemik:
Vaso
konstriksi pembuluh darah
Tekanan
darah meningkat
Curah
jantung meningkat
Berlanjut
metabolic rate menurun, kardiak output menurun akhirnya kesadaran menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Angkatan Laut. 2000 . Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Jakarta.
Susan dan Supondha Erick .2012. Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan Hiperbarik dan
Penyakit Lain Akibat Penyelaman.(online),(http://hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/2012/09/tatalaksana-penyakit-akibat-kerja.html,
diakses pada
tanggal 26 september 2013)
Arnold dan dkk .2002. A
member of the holder headline group. Great Britain : Diving Subaquatic
Medicine.
Larn Richard dan Whistler Rex .1993. Commercial Diving Manual. USA : Best Publishing Company.
Yapor Y dan Wesley .2002. On-Site of Scuba Diving and Boating Emergencies. USA : Diversification
series.
Fiskes.2013.Hiperbarik.(online),(http://hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/2013/08/hiperbarik-oksigen-terapi.html,diakses pada tanggal 26 september 2013)