Kelompok
6
Anggota
:
1)
Alvin 7)Linda
m
2)
Andriani 8) Wazi datur r
3)
Nindi o 9) Rika e
4) Lantip w 10)Siti
halimatus z
5)
Wahyu p 11)
Nasrulloh
6)
Febrianto
PRODI
S1 KEPERAWATAN SEMESTER 1 KELAS A
STIKES
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
20012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata
pengantar..................... .............................. .............................. .............................. .............i
Daftar Isi........................... .............................. .............................. .............................. ...............ii
Bab I
Pendahuluan................... .............................. .............................. .............................. ........1
1.1 Latar
Belakang...................... .............................. .............................. .............................. .....1
1.2 Rumusan
Masalah....................... .............................. .............................. .............................1
1.3 Tujuan
Penulisan..................... .............................. .............................. .............................. ...1
Bab II
Pembahasan.................... .............................. .............................. .............................. .......2
2.1 Sistem
informasi
kesehatan..................... .............................. .............................. .................2
2.2 Sistem
informasi keperawatan................... .............................. .............................. ..............2
2.3 Sejarah
sistem informasi
keperawatan................... .............................. .............................. ..3
2.4 Fungsi
sistem informasi keperawatan................... .............................. .............................. ...3
2.5
Keunutungan menggunakan sistem informasi
keperawatan................... .............................4
2.6
Penerapan Sistem Informasi Dalam Dokumentasi Asuhan Keperawatan................... .......4
2.7
Telenursing................... .............................. .............................. .............................. ..............5
Bab III
Penutup....................... .............................. .............................. .............................. .......19
3.1
Kesimpulan.................... .............................. .............................. .............................. ...........19
3.2
Saran......................... .............................. .............................. .............................. ................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tenaga keperawatan merupakan ujung tombak dalam
pelayanan kesehatan, karena memiliki proporsi yang paling besar dan melakukan
asuhan secara komperhensif kepada pasien selama 24 jam, karenanya seorang
perawat harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai
dengan standar asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi. Salah satu yang penting dilaksanakan adalah pendokumentasian asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sangat pesat akhir – akhir ini, sangat mempengaruhi
tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini karena dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut maka masyarakat
mudah mendapatkan informasi tentang kesehatan, sehingga pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan akan meningkat. Dengan semakin pesatnya penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi bagi penyedia layanan kesehatan maupun organisasi
kesehatan, efektifitasnya justru mulai dipertanyakan. Data dan informasi
kesehatan tersebar membentuk pulau-pulau informasi yang saling tertutup di
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan organisasi kesehatan. Pertukaran dan
komunikasi data lintas organisasi terbentur kendala standarisasi dan
interoperabilitas system.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana
perkembangan teknologi dalam asuhan keperawatan !
Bagaimana
cara kerja telenursing !
Apa dampak
perkembangan teknologi khususnya teknologi menggunakan telenursing !
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis
perkembangan teknologi keperawatan atau teknologi kesehatan yang dapat
dimanfaatkan oleh keperawatan. Serta mempermudah bagi tenaga medis dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif dan dapat
memepermudah bagi perawat dalam memonitor klien.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan merupakan
suatu pengelolaan informasi di seluruh tingkat pemerintah secara sistematis
dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan
perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes
Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang
kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.
Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya
memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang manejemen kesehatan,
tidak memanfaatkan state of the artteknologi informasi serta tidak
berkaitan dengan sistem informasi nasional. (Sanjoyo). Perkembangan Sistem
Informasi Rumah Sakit yang berbasis computer (Computer Based Hospital
Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an.
Rumah sakit di Indonesia sudah ada yang memanfaatkan komputer untuk mendukung
operasionalnya. Namun, tampaknya komputerisasi dalam di instansi rumah sakit,
kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak.
2.2
Sistem informasi keperawatan
Sistem
informasi keperawatan merupakan kombinasi dari ilmu komputer, informasi dan
keperawatan yang disusun untuk mempermudah manajemen ,proses pengambilan
keputusan, dan pelaksanaan asuhan keperawatan. Salah satu penggunaan sistem
informasi keperawatan di kembangkan pada tahun 1960-1970 -an adalah
dengan pendokumentasian keperawatan terkomputerisasi. Pendokumentasian
terkomputerisasi memfasilitasi pembakuan klasifikasi asuhan keperawatan
sehingga menghilangkan ambiguitas dalam pendokumentasian keperawatan. Sedangkan
menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995) sistem informasi keperawatan berkaitan
dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, informasi dan
pengetahuan tentang standar dokumentasi, komunikasi, mendukung
proses pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan
baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan
memberdayakan pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan.
Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada
keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan
menjadi suatu informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat,
relevan untuk suatu organisasi.
2
2.3
Sejarah Sistem Informasi Keperawatan
Komputer
telah dikenal berpuluh – puluh tahun lalu, tetapi rumah sakit lambat dalam
menangkap revolusi komputer. Perawat terlambat mendapatkan manfaat dari
komputer, usaha pertama dalam menggunakan komputer oleh perawat terjadi pada
akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, penggunaannya mencakup automatisasi
catatan perawat untuk menjelaskan status dan perawatan pasien dan
penyimpanan hasil sensus dan gambaran staf keperawatan untuk analisa
kecenderungan masa depan staf.
Pada pertengahan tahun 1970-an ide dari sistem
informasi rumah sakit diterapkan dan perawat mulai menerapkan sistem informasi
manajemen keperawatan. Pada akhir tahun 1980-an munculah sistem mikro komputer
yang semakin mendukung pengembangan sistem informasi keperawatan. Di Indonesia
sistem informasi manajemen keperawatan masih minim penerapannya,
pendokumentasian keperawatan umumnya masih menggunakan pendokumentasian
tertulis. Pemerintah Indonesia sudah memiliki visi tentang sistem informasi
kesehatan nasional, yaitu Reliable Health Information 2010 (Depkes,2001).
Pada perencanaannya sistem informasi kesehatan akan di bangun di Rumah Sakit
kemudian di masyarakat, tetapi pelaksanaanya belum optimal.
2.4
Fungsi Sistem Informasi Keperawatan
Konseptual
model dalam sistem informasi keperawatan berdasarkan 4 fungsi utama dalam
praktik keperawatan klinik dan administratif:
§ Proses perawatan pasien
Proses
perawatan pasien adalah apa yang telah dilakukan oleh perawat kepada pasien
yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, jadwal perawatan dan pengobatan,
catatan keperawatan, pola makan, prospektif, beban kerja , administrasi pasien.
§ Proses managemen bangsal
Aktivitas
yang berhubungan dengan fungsi bangsal untuk secara efektif menggunakan
menggunakan sumber dalam merencanakan objek secara spesifik. Mentransformasikan
informasi pada manajemen yang berorientasi informasi dalam pengambilan
keputusan: jaminan kualitas, sudut pandang aktivitas di bangsal keperawatan,
jadwal dinas karyawan, manajemen perseorangan, perencanaan keperawatan,
manajemen inventarisasi dan penyediaan sarana dan prasarana, manajemen
finansial, kontroling terhadap infeksi.
§ Proses Komunikasi
Seluruh
aktivitas dikonsentrasikan pada komunikasi pada pasien dan subjek lain yang
memiliki hubungan dengan subjek pengobatan, perjanjian dan penjadwalan, review
data, transformasi data, dan segala bentuk pesan.
§ Proses Pendidikan dan Penelitian
Pendokumentasian
fungsi dan prosedural. 3
2.5
Keuntungan Menggunakan Sistem Informasi Keperawatan
§ Penghematan biaya dari penggunaan
kertas untuk pencatatan
§ Penghematan ruangan karena tidak
dibutuhkan tempat yang besar dalam penyimpanan arsip.
§ Penyimpanan data pasien menjadi
lebih lama.
§ Pendokumentasian keperawatan
berbasis komputer yang dirancang dengan baik akan mendukung otonomi yang dapat
dipertanggung jawabkan.
§ Membantu dalam mencari informasi
yang cepat sehingga dapat membantu pengambilan keputusan secara cepat
§ Meningkatkan produktivitas kerja.
§ Mengurangi kesalahan dalam
menginterppretasikan pencatatan (Gurley L, Advantages and Disadvantages of
Electronic Medical Record, diakses dari http://www.aameda.org/ member )
Sedangkan
menurut Holmes (2003,dalam Sitorus 2006), terdapat keuntungan utama dari
dokumentasi berbasis komputer yaitu:
§ Standarisisasi: terdapat pelaporan
data klinik yang standar, mudah dan cepat diketahui.
§ Kualitas: meningkatkan kualitas
informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan.
§ Accessebility, legibility, mudah
membaca dan mendapat informasi klinik dari pasien dalam satu lokasi.
2.6
Penerapan Sistem Informasi Dalam Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Dokumentasi
perawatan merupakan bagian penting dari dokumentasi klinis. Namun, dokumentasi
proses keperawatan sering kurang berkualitas. Untuk meningkatkan dokumentasi
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat maka perlu diterapkan sistem
infomasi keperawatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Ada harapan
tinggi bahwa komputer dapat mendukung dalam dokumentasi keperawatan akan
membantu meningkatkan kualitas dokumentasi. Namun dengan diterapkannya
komputerisasi di rumah sakit juga perlu diimbangi oleh kemampuan perawat dalam
mengoperasionalkan komputer.
Untuk
meningkatkan kemampuan perawat dalam penggunaan komputer maka perawat telah
menyoroti kebutuhan untuk pelatihan dalam penggunaan teknologi informasi, dan
penilaian kritis penting untuk profesional perawat. (Docker, et all.,2003)
Dokumentasi
keperawatan yang ada sekarang ini adalah dokumentasi keperawtan yang berbasis
kertas. Namun pada kenyataannya sering ditemukan bahwa proses tersebut tidak
terintegrasi ke dalam dokumentasi keperawatan.Sering kita menemukan dokumentasi
yang kurang lengkap, alasannya antara lain perlu waktu yang banyak, kualitas
catatan berbasis kertas masih rendah dan pemanfaatan dokumentasi masih terbatas
dari proses keperawatan. Masalah-masalah ini menyebabkan upaya untuk mendukung
proses keperawatan dengan sistem berbasis komputer untuk mengurangi beban
perawat dalam dokumentasi.Penerapan sistem informasi keperawatan dalam
dokumentasi asuhan keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas dokumentasi asuhan keperawatan.
4
Dokumentasi yang berbasis komputer selain meningkatkan
kualitas juga memungkinkan penggunaan kembali data keperawatan untuk manajemen
keperawatan dan penelitian keperawatan. Hal ini seperti yang terdapat dalam
hasil penelitian dari Mueller, et all.2006 yang menyatakan bahwa kualitas
dokumentasi keperawatan semakin meningkat dengan diterapkannya Quality of
Nursing Diagnoses, Interventions, and Outcomes (Q-DIO).Penelitian ini mendukung
penggunaan Q-DIO dalam mengevaluasi dokumentasi keperawatan diagnosis,
intervensi, dan hasil asuhan keperawatan. Berdasarkan hal tersebut maka untuk
meningkatkan kualitas dokumentasi, perawat membutuhkan dukungan melalui
pendidikan agar mengetahui langkah-langkah untuk menghubungkan diagnosa dengan
intervensi, spesifik ke etiologi diidentifikasi,dan untuk mengidentifikasi
hasil asuhan keperawatan. Adanya peningkatan dokumentasi tersebut membuktikan
bahwa dengan diterapkannya Q-DIO dapat berguna sebagai alat audit dokumentasi
keperawatan dan harus dikembangkan sebagai fitur terintegrasi secara elektronik.
(Mueller, et all.2006).
2.7 TELENURSING
A.
Definisi Telenursing
Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh
menggunakan teknologi telekomunikasi (National Council of State Boards of
Nursing, 2011). Teknologi informasi dibidang keperawatan adalah teknologi
informasi yang mengintegrasikan ilmu keperawatan, komputer, ilmu pengetahuan,
dan ilmu informasi untuk mengelola dan mengkomunikasikan data, informasi, dan
pengetahuan dalam praktek keperawatan. Informatika keperawatan memfasilitasi
integrasi data, informasi, dan pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan
penyedia lainnya dalam pengambilan keputusan mereka dalam semua peran dan
pengaturan. (Terhuyung & Bagley-Thompson, 2002 dalam Salim, 2010).
Telenursing adalah pemberian servis dan
perawatan oleh perawat dengan menggunakan telekomunikasi, meningkatkan akses
untuk tindakan keperawatan kepada pasien pada lokasi yang jauh atau perpencil (http://findarticles. com/ p/ articles/mi_m0FSW/is_4_18/ai_ n18610226, diperoleh tanggal 01 mei 2012)
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang
jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian
dari telehealth dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan
non medis seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring (http://en.wikipedia.org/wiki/ telenursing, diperoleh tanggal 02 mei 2012).
5
Telenursing menunjukkan penggunaan
tehnologi komunikasi oleh perawat untuk meningkatkan perawatan pasien.
Telenursing menggunakan channel elektromagnetik (wire, radio, optical) untuk
mengirim suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga didefinisikan
sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau optic antara
manusia dan atau computer (http://www.icn.ch/matters_ telenursing.htm, diperoleh tanggal 02 Mei
2012)
Telenursing diartikan sebagai pemakaian
telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh.
Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi
antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video
conference. Telenursing bagian integral dari telemedicine atau telehealth
(http://www.inna-ppni.or.id/ index.php?name =News
&file=article&sid=71, diperoleh
tanggal 02 Mei 2012)
Dengan penerapan telenursing
dalam memberikan pelayanan keperawatan akan meningkatkan kepuasan klien dan
peningkatan parstisipasi aktif keluarga. Dalam memberikan asuhan keperawatan
secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum dari pemerintah untuk mengatur
praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan,
kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan telenursing
membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan untuk mengembangkan praktek
keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan serta
pelatihan keperawatan.
Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi
perhatian :
1.Faktor legalitas
Dapat didefinisikan sebagai
otonomi profesi keperawatan atau institusi keperawatan yang mempunyai tanggung
jawab dalam pelaksanaan telenursing.
2. Faktor
financial
Pelaksanaan telenursing
membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya sangat banyak.
Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan aspek
financial dalam pelaksanaan telenursing.
6
3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu
diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang telenursing. Perawat dan
pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi telenursing. Terlaksananya
telenursing sangat tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara pasien
dan perawat. Pengetahuan tentang telenursing harus didasari oleh
pengetahuan tehnologi informasi.
4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien
menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa ada motivasi dari
perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk mensiasati keterbatasan pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat telepon yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan. Telenursing menggunakan telepon ini dapat diaplikasikan di unit gawat darurat dan home care.
Hal tersebut dikatakan telenursing jika perawat melakukan
tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan klien melalui
pengkajian triase dan pemberian informasi menggunakan teknologi informasi
dan telekomunikasi serta sistem berbasis website. Ners yang melakukan
praktek telenursing harus seorang Registered Nurses (RN). Perawat
yang melakukan praktek telenursing harus bertanggung jawab untuk
meyakinkan kemampuan ketrampilan keperawatan mereka dan pengetahuan yang up
to date untuk praktek telenursing mereka.
Tujuan dari telenursing adalah tidak untuk membentuk diagnosis medis,
melainkan difokuskan pada dimensi dari urgensi. Sehingga para perawat
akan lebih terfokus pada informasi, dukungan, dan meningkatkan pengetahuan.
Untuk mencapai hasil yang positif dari konsultasi melalui telephone maka sangat
dibutuhkan cara berkomunikasi yang baik. Komunikasi yang baik akan berdampak
pada perasaan sehingga setiap perkataan akan mudah untuk didengar dan dipahami.
7
Dengan
demikian klien dan keluarganya akan termotivasi untuk mengikuti saran perawat.
Sebuah komunikasi yang berpusat pada klien adalah teknik pendekatan yang
disukai dalam rangka membina hubungan antara klien dan tenaga professional.
Komunikasi yang berpusat pada klien telah ditangani secara ekstensif selama
dekade terakhir.
Melalui telenursing, perawat mampu melakukan monitoring, pendidikan,
follow up, pengkajian dan pengumpulan data, melakukan intervensi, memberikan
dukungan pada keluarga dan perawatan multidisiplin yang inovatif serta
kolaborasi. Selain itu dalam praktek telenursing, perawat melakukan
pengkajian lanjutan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi terhadap hasil
perawatan, dan perawat juga menggunakan teknologi seperti internet, computer,
telephone, alat pengkajian digital, dan perlengkapan telemonitoring system
audio-vidio, satelit dan system komunikasi yang lain. Penggunaan computer dan
teknologi informasi untuk mensupport perawat dan pasien dengan informasi yang
lebih efektif. Dalam rangka efisiensi dan efektifitas telenursing, antara
perawat dan pasien terhubungkan secara langsung menggunakan system transmisi
elektronik.
Telenursing
melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang berkembang
pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor
tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak
flow pernapasan pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference,
pasien dapat berkonsultasi dalam perawatan luka, injeksi insulin dan
penatalaksanaan sesak napas.
B. Manfaat
Telenursing
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :
1. Efektif dan efisien dari sisi biaya
kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi kunjungan ke pelayanan
kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit dan nursing home)
2. Dengan sumber daya yang minimal dapat
meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas geografis
3. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan
atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
4. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit
kronis memerlukan pengkajian yang sering sehingga membutuhkan biaya yang
banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa
memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi.
8
5. Berhasil dalam menurunkan total biaya
perawatan kesehatan dan meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan tanpa
banyak memerlukan sumber.
Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang
pendidikan keperawatan ( model distance learning) dan perkembangan riset
keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat juga
digunakan dikampus dengan video conference, pembelajaran on line dan Multimedia
Distance Learning
Pada
akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga,
terutama dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan
akurat, cepat dan dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak
antara perawat dan pasien yang tidak terbatas.
a. Selain itu telenursing dapat
memberikan kesempatan kepada perawat yang berpengalaman klinik namun telah
pensiun/ tidak lagi bekerja di pelayanan kesehatan, namun masih dapat
memberikan asuhan keperawatan secara online. Hal ini juga menghindari kontak
langsung, meminimalkan resiko infeksi nosokomial, memberikan privasi ruang dan
waktu bagi pasien dan perawat. Dapat dibayangkan bagi penderita HIV/AIDS, atau
pasien pengguna narkotika/obat terlarang /alkoholik akan lebih merasa terjaga
privasinya dengan pelayanan telenursing ini .
b. Perawat memiliki komitmen menyeluruh
tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik
keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti
dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien
adalah :
Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang
diberikan harus tetap terjaga
Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan
potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui
internet atau telepon) dan keuntungannya
Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat
dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
9
Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan
penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
c. Dengan melihat potensi dan
perkembangan pelayanan keperawatan, sistem informasi kesehatan dan penggunaan
internet di Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini mendasari telenursing
berkembang di Indonesia (dalam berbagai bentuk aplikasi tehnik komunikasi) dan
beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan asuhan keperawatan dan
perkembangan ilmu, riset dan pendidikan keperawatan di Indonesia dapat sejajar
minimal dengan perkembangan tehnologi kesehatan, dan kedokteran di Indonesia,
menjelang Indonesia Sehat.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Telenursing
Ada empat faktor penting
yang mempengaruhi implementasi telenursing. Empat faktor tersebut yaitu
aspek sistematika, aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspak teknikal.
1. Aspek sistematika
Aspek sistematika terkait dukungan dari pemerintah, yang meliputi legislasi
dan regulasi. Dalam mengontrol kualitas dan kelangsungan telenursing sangat
dibutuhkan pengaturan dan supervisi pelayanan pemerintah. Untuk penerapan
telenursing disepakati bahwa praktek keperawatan mandiri seharusnya ada
otoritas dan peraturan legal serta adanya standart operasional prosedur yang
dibuat oleh organisasi profesi keperawatan atau pendidikan keperawatan.
2. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi terkait verifikasi terhadap kontrol keuangan medis akibat
penggunaan telenursing dan Government recognition for cost
effectiveness merupakan prioritas utama. Investasi pemerintah dalam proyek
telenursing merupakan prioritas untuk mengaktifkan telenursing di daerah
rural dan area kepulauan untuk manfaat medis. Aplikasi system telenursing
yang mahal dan uang perawatan (maintenance fee) harus dipikirkan.
3. Aspek Sosial
Aspek sosial terkait verifikasi nilai dan membangun kepercayaan sosial
tentang telenursing dibandingkan dengan perawatan langsung.
10
Penerimaan dari pemberi pelayanan kesehatan seperti fasilitas medis,
dokter dan perawat, merupakan hal penting dalan implementasi telenursing.
Kerja sama dan koordinasi antara profesi kesehatan akan membangun pemahaman
yang lebih baik tentang telenursing pada publik. Adanya pengakuan public
terhadap keperawatan itu sendiri merupakan factor kunci dalam pelaksanan telenursing.
4. Aspek teknikal
Aspek teknikal terkait kreatifitas dan originalitas konten telenursing
dan pengembangan sistem pelayanan. Pelatihan dan pendidikan perawat serta
teknologi informasi mendukung pengembangan dan pengoperasian telenursing.
Pengembangan teknologi informasi untuk menjaga privacy pasien dan keamanan
informasi. Standarisasi, pelatihan keperawatan dan penelitian untuk
pengembangan system telenursing dan pelaksanaannya, teknologi informasi
medis dan pengembangan system aplikasi, serta desain model fungsional
yang mungkin diterapkan dilingkungan tersebut. Jadi keempat aspek
tersebut harus terintegrasi dalam strategi pelaksanaan telenursing.
D. Aplikasi
Telenursing
Aplikasi telenursing
dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan melalui
unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi
telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter
fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan
melalui internet. Melalui system interaktif video, pasien contact on-call
perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi ke alamat sesuai dengan
masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin
atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak
kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit
kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi
aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini
juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan
secara online. Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan
sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan
individu pasien dan keluarganya.
11
Gambar 1.1 Alur telenursing
Telenursing
membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan,
khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat
menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online.
Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak
antara pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien
dan keluarganya.
Media telenursing antara lain:
1. Telepon ( telepon seluler )
2. Personal Digital System (PDA)
3. Mesin faksimili (faks)
4. Internet
5. Video atau audio
conferencing
6. Teleradiolog
7. Komputer sistem informasi
8. Teleborotic
Pedoman praktek lainnya yang menggunakan telenursing adalah :
1. Menyampaikan informasi penting klien seperti data
elektrokardiogram, CT Scan, foto rontgen, dsb.
2. Menggunakan video, komputer untuk memantau kondisi kesehatan
klien.
3. Memantau status kesehatan klien di rumah sakit atau rumah
misal, tekanan darah, nadi pernafasan, suhu dan sebagainya.
4. Membantu wisatawan untuk mendapatkan perawatan kesehatan di
tempat tujuan mereka.
5. Membantu operasi klien dari jarak jauh.